Monday, January 04, 2010

Torrie & the Prince - 12

Bab 12


P
agi ini sangat indah, walaupun matahari belum terlalu menampakan senyumannnya yang khas. Aneh, nggak biasanya Torrie bangun sepagi ini, tapi kalau mau tidur rasanya tanggung. Yang lebih aneh lagi, ia belum pernah merasa sesehat ini…

Wah…jangan-jangan doa Torrie kemarin udah Tuhan jawab. Apapun jawaban Tuhan, Torrie bener-bener terima kasih banget sama Tuhan. Seenggaknya pagi ini Torrie merasa sangat-sangat sehat…

Torrie melihat kamarnya, dulu waktu lagi parah-parahnya, di sana selalu tersedia tabung oksigen, infus, dan berbagai selang yang nantinya akan dimasukan ke mulutnya, untuk membantunya bernafas. Pokoknya di kamar Torrie ini, dulunya mirip ICU. Alat-alat itu baru hilang sekitar sebulan yang lalu atas permintaaan Torrie. Torrie nggak mau kamarnya terlihat seram dengan alat-alat itu.

Torrie turun ke bawah, ternyata sama sekali belum ada yang bangun termasuk Bik Sumi. Torrie baru ingat, mami papinya khan sedang nungguin opa di rumah sakit. Ini berarti, ia bebas melakukan apapun. Torrie melonjak kegirangan bahkan ia membuat gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri. Kalau benar Tuhan mengabulkan permintaannya, ia nggak boleh menyia-nyiakan hari pertamanya, dan masih ada 2 hari mendatang yang menunggunya.

Sekarang masih jam 5 subuh, ia sangat ingin jogging di udara segar pagi ini, hal yang belum pernah ia lakukan…


* * *


Hari ini, Torrie sangat bersemangat. Ia telah lari mengelilingi komplek. Wow luar biasa, jangankan lari komplek. Lari ke sebelah rumah aja, bisa-bisa langsung serangan. Bik Sumi jantungnya sampai mau copot nungguin Torrie di rumah, ia takut Torrie tiba-tiba kena asma. Hari ini benar-benar keajaiban Tuhan.

Karena mami masih di rumah sakit, urusan antar-mengantar Torrie dipercayakan pada Auggie. Torrie masih heran, kok mami bisa-bisanya mempercayakan Torrie padanya. Apa mami buta, masa mami nggak bisa lihat jenis motornya Auggie, yang bukan jenis motor yang lari nggak kurang dari 60km/jam. Khan aneh, gimana-gimana Torrie khan juga suka alergi sama udara Jakarta yang penuh dengan asap. Untung aja akhir-akhir ini Torrie agak sehat, bahkan hari ini, ia sangat sehat, jadi Auggie nggak tahu kalau dia punya sakit asma yang akut.


* * *


“Nik, gue nggak pernah ngerasa sesehat ini sebelumnya.”

“Eh, Rie. Gue udah bosen dengerin elo ngomong itu mulu. Tau-taunya entar asmanya kumat.”

“Nik, gue bener-bener sehat. Mau bukti?” Torrie langsung mengambil ancang-ancang lari, lalu lari mengelilingi lapangan basket dengan kecepatan yang sangat bagus. Niken sampai-sampai nggak percaya yang barusan lari itu Torrie.

“Gimana, Nik?” Torrie sampai di hadapan Niken dengan wajah yang ceria tanpa lelah sedikitpun.

“Entahlah, Rie. Yang jelas, elo bikin gue takut.” Niken berjalan menuju tangga ke lantai 2.

“Ayolah, Nik. Kita ke mall, seneng-seneng, have fun aja. Masa elo nggak mau ngabulin permintan sahabat lo sendiri?”

“Masalahnya permintaan lo itu aneh.”


Hei, Nik, Vic!” Auggie lari mendahului mereka menuju tangga yang sama, tapi masih sempat menoyor kepala Torrie.

“Hahaha…”

“Jangan ketawa, Nik. Nggak lucu tau! Inilah satu-satunya sifatnya dia yang gue nggak suka.”
“Eh, Rie. Elo pergi sama dia aja. Khan kakak sendiri, pasti dikabulin apalagi dia nggak tau penyakit lo.”

Torrie menopang dagunya, dan memandang Niken sambil mengangguk.

“Jangan bilang kalo lo setuju sama usul gue?...”

Torrie tersenyum.

“Aduh, Rie. Please, jangan! Tadi gue cuma ngomong asal kok, jangan dipikirin donk.”

“Sama! Gue juga cuma bercanda kok. Tenang lagi aja, Nik”

Sebenernya, Torrie berbohong supaya Niken nggak cemas. Ide Niken bener-bener brilian.
Tujuan Torrie khan emang supaya nyadarin si Uggie, jadi dia memutuskan akan menghabiskan 3 hari ini bersama Auggie. So, koin keberuntungan akan bekerja.


* * *


Istirahat ke 2, Torrie mencari si Uggie itu. Ternyata ia sedang bermain basket sama dua temannya.

“Gie, bisa ngomong bentar nggak?” Torrie berteriak.

“Bentar ya, gue mau ke sana dulu!” Auggie pamit dulu sama temannya.

“Napa lagi?” Auggie mendatangi Torrie.

“Mau main nggak?”

“Main apaan? Lo ngajak kayak anak kecil aja.”

“Jangan sebut-sebut kata kecil! Pokoknya asik deh mainnya, apalagi untuk orang macam elo.”

“Ya, udah cepetan main apa?”

“Kita ngundi pake koin, siapa yang menang boleh minta apa aja. Asal sesuai kemampuan.”

“Boleh minta apa aja?” Auggie mengernyitkan dahinya.

“Yup, asal sesuai kemampuan.”

“Mmmm…Ok deh.”

“Gue punya koin, di depannya ada gambar kuda sedangkan dibelakangnya ada gambar kepala orang, gue gambar kuda, elo kepala. Deal?”

“Deal!”

Torrie melempar koinnya, dan menangkapnya dan meletakkan di telapak tangan kirinya dan ditutup oleh tangan kanannya.”

“Kepala! Kepala! Kepala!”

Ternyata begitu dibuka, adalah kuda, berarti Torrie menang.

“Curang nih! Ya udah mau lo apa?”

“Mana mungkin curang, lo khan liat sendiri gimana gue lempar itu koin. Gampang aja, abis nyampe di rumah nanti, elo siap-siap anterin gue ke MTA (mall Taman Anggrek). Pokoknya lo harus bikin gue seneng di sana!” Torrie membalikkan tubuhnya sambil tersenyum penuh kemenangan, karena berhasil menipu orang sepintar Auggie.


* * *


Torrie dan Auggie telah sampai di mall, mereka ke sana menggunakan teranonya mamanya Auggie. Seperti biasanya Auggie memakai kaos hitam sedangkan Torrie kaos putih. Torrie membuat kesimpulan, pasti di lemari pakaiannya hitam semua, bahkan kamarnyapun mungkin hitam juga…

“Kenapa sih elo selalu pake baju putih?”

“Nggak salah nih? Yang harusnya nanya itu khan gue. Gue pake putih supaya matching sama elo, biar kontras. Hitam dan putih. Emangnya lo doank yang punya koleksi hitam, gue juga punya koleksi baju putih buanyak.”

“Gue pake hitam karena…” belum selesai Torrie sudah memotong

“Karena elo merasa dunia elo itu kelam dan nggak berwarna, apalagi setelah adek dan bokap lo meninggal. Iya, khan?”

“Sok tau!”

“Tapi bener khan?”

Auggie sepertinya agak kesal, ia berjalan dengan cepat di depan Torrie. Apalagi kaki Auggie lebih panjang dari Torrie, jadinya Torrie tertinggal jauh di belakang.

“Heh! Jalan bisa dipercepat nggak sih?”

“Kalo ngomong mikir donk! Langkah kaki lo khan lebih lebar dari gue.”

“Ya udah nyari cara kek, biar jalannya seimbang sama gue.”

Akhirnya Torrie memegang ujung kaosnya Auggie.

“Elo itu ngapain?”

“Katanya pake cara apa aja.”

Auggie hanya bisa menggeleng.

“Gie, Nicky itu…”

“Kenapa?!!!” Sepertinya Auggie kesal setiap mendengar nama Nicky.

“Nggak jadi deh.”


Tempat pertama yang dicari adalah ice skating. Ternyata Auggie sangat buruk dalam meluncur di es, sedangkan Torrie dalam beberapa menit sudah bisa menyesuaikan.

“Payah! Katanya jago semua olah raga, masa ngeluncur di es aja nggak bisa.”

Auggie bersikap no comment. Ia masih berusaha berdiri tegap di atas es.


Setelah puas bermain es, mereka pergi ke arena permainan, hampir semua permainan mereka coba. Mulai dari dance revolution, sampai permainan macam dingdong pun mereka coba. Mulai dari balap motor, sampai helikopter juga. Di sini Auggie merajainya, itu sudah jelas.

Terakhir Torrie melihat mesin pengambil boneka, di sana ada boneka kelinci yang lucu.

“Gie, ambilin donk, boneka kelincinya.” Torrie menunjuk ke arah mesin pengambil boneka itu.

“Kayak anak kecil aja lo!”

“Hari ini khan, perjanjiannya elo harus bikin gue seneng! Tunjukin donk kemampuan lo! Katanya jago? Please, ya?”

“Iya! Iya!” Auggie dengan tampang kesal.

Auggie secara hati-hati mengarahkan alat pengambil tepat di atas boneka yang gampang diambil. Yup! Akhirnya Auggie dapat mengambil boneka itu. Wajahnya langsung berubah ceria dan melompat-lompat, Torrie sampai jadi malu. Weits, ternyata tangkapan alatnya meleset sedikit, karena boneka jatuh lagi.

“Aduh, sorry deh! Bonekanya jatuh, kita coba lagi.”

“Ngng…nggak usah! Nggak usah!”Torrie menarik Uggie menjauhi mainan itu.

“Lho kenapa? Bukannya elo tadi maksa gue?”

“Iya! Tapi elo yang lebih mirip anak kecil tau, lompat-lompat nggak jelas, padahal boneka belum di tangan. Bikin malu aja.”

“Tunggu bentar di sini!”


Tidak seberapa lama Auggie datang dengan boneka kelinci yang lebih lucu dan lebih besar tentunya.

“Ini gue tuker dari semua kupon yang kita dapet tadi.”

“Iiii…Lucu banget. Gue kasih nama Gogi.” Torrie mengeluarkan spidol dari tasnya.

“Jelek amat, namanya,”

“BIARIN!” Torrie menuliskan nama Gogi di tempat mereknya.

Tiba-tiba ada anak kecil laki-laki sekitar 4tahun, menangis menginginkan Gogi.

“Cep! Cep!...” mamanya tu anak menenangkan. “Dek, boleh tante pinjem nggak bonekanya?” tante itu memintanya dengan sangat memelas.

Torrie merasa keberatan, tapi Auggie mengisyaratkan untuk meminjamkannya. Akhirnya Torrie memberikan, tapi setelah satu jam lamanya, bonekanya nggak mau dikembaliin. Dengan sangat kesal Torrie akhirnya meninggalkan anak itu dan Gogi.


Makan malam di sebuah fastfood di mall…

“Kenapa sih elo lebih milih makan di sini dari pada kafe? Katanya vegetarian?”

“Gue belum pernah makan di tempat kayak gini, lagian yang nyuruh gue vegetarian itu khan nyokap. Nyokap bilang, makanan kayak gini itu junk food, sampah.” Torrie udah ngiler ngeliat gambar-gamabar menu.

“Kasian juga ya lo. Ini itu nggak boleh. Cepetan pesen apa?”

“Mau pesen apa, dek?” Pelayannya mengira Torrie masih kecil.

“Mmmm…ayam gorengnya yang paha 2, French fries 1 yang big mac ya, trus es krim Sunday coklatnya 1, stroberinya 1, ama…coca colanya satu. Eh, elo mau apaan?”

Auggie kaget karena ia kira itu semua sudah termasuk dirinya.

“Gu…gue paket 2 aja yang ada cheese burgernya.”

“Mbak, tambah paket 2, sama cheese burgernya 1.”

“Lho, maksud gue paket 2 itu yang ada cheese burgernya, bukannya nambah cheese burger lagi.”

“Ge-er! Cheese burgernya, itu buat gue!”

Auggie benar-benar pusing sama kemauan cewek satu ini. Manalagi pelayannya genit banget main mata sama Auggie, Auggie jadi bete.


Awalnya Torrie merasa ragu untuk memakan semuanya. Dia sih yakin bisa ngabisin, tapi nggak yakin apa nggak dapet serangan mendadak gara-gara makan ini semua.

“Elo mo makan atau melototin makanan? Jangan bilang elo jadi enegh ngeliat semuanya.”

“Siapa yang enegh, gue yakin gue bisa. Cuma…” Tanpa menyelesaikan kata-katanya Torrie langsung komat-kamit berdoa. Auggie hanya bisa menunggunya.

“Udah selesai doanya? Makan gini doang udah kayak disuruh makan racun aja.”

Torrie tidak menghiraukan Auggie, ia langsung makan dengan sangat lahap, seperti orang yang nggak makan pernah makan seminggu, mungkin sebulan.

“Ehmm…yummy, enak banget!”

Auggie tersenyum geli akan cewek di depannya.

“Napa lo senyum-senyum? Khan nggak sopan ngeliatin cewek lagi makan. Jangan-jangan elo pengen ya? Burger lo juga udah abis.”

“Enak aja, gue udah kenyang. Emang bener ya elo itu nggak pernah makan makanan fastfood?”
Torrie hanya mengangguk, sambil menghabiskan tetesan terakhir dari eskrim coklatnya. Lalu Torrie tersenyum puas karena sudah menghabiskan semuanya dengan licin, nggak ada sisa kecuali tulang-belulang. Torrie mengakhirinya dengan menjilat seluruh jarinya.

Auggie mengambil tissue yang ada di meja, lalu membersihkan mulut Torrie yang belepotan antara saus tomat dan es krim. Torrie sempat salting karenanya.


Gara-gara elo nih, Gogi jadi punyanya itu anak!” Torrie tiba-tiba teringat akan Gogi.

“Ya, ampun. Apa istimewanya sih itu boneka? Entar gue beliin yang mirip deh!”

“Enggak mau! Gue mau Gogi” Torrie ngambek

“Terserah!” Auggie pergi menuju WC pria.

Sambil melamun, Torrie melihat Gogi dan anak itu. Torrie keluar kafe dan pelan-pelan mengikutinya berharap ia bisa mengambilnya secara diam-diam. Tapi ia takut juga nanti kalau ketahuan gimana? Jadi diurungkan niatnya.

Sekembalinya, di kafe itu, meja tempat Torrie dan Uggie makan telah…KOSONG! Torrie nanya sama salah satu pelayan di sana, katanya Auggie sudah bayar semuanya dan pergi dengan tergesa-gesa. Torrie yakin Auggie pasti mencarinya.

Torrie mencari si Uggie ke mana-mana, matanya bener-bener nggak lepas dari semua cowok yang berkaos hitam dengan rambut pendek agak berombak. Kemudian Torrie melihat sosok cowok yang dikiranya Auggie ternyata bukan.

Lama-lama, Torrie semakin takut, manalagi dia lupa tempat parkir itu di mana. Ia juga sudah berusaha ke pojok-pojok toko, tapi nggak ada. Hampir seluruh mall udah Torrie kelilingi, tapi Auggie belum ketemu-ketemu juga.

Torrie sudah hampir menangis, seketika itu juga ia melihat sesosok cowok yang sedang kebingungan mencari seseorang. Nggak salah lagi itu Auggie!

Torrie sudah setengah berlari bahkan sudah mau memanggil Auggie, tapi tiba-tiba ia merasa ingin melihat wajah Auggie yang panik. Sungguh kesempatan yang sangat langka.

Torrie mengikuti Auggie secara sembunyi-sembunyi. Ia merasa sangat dikhawatirkan. Auggie juga terlihat sama takutnya dengannya tadi. Torrie jadi semakin nggak tega ngeliat Auggie kayak gini.

Torrie berusaha supaya Auggie bisa melihatnya. Begitu Auggie melihatnya, seperti ada rasa lega di wajahnya. Auggie langsung berlari dan memeluk Torrie yang masih terpaku diam di tempatnya.

Tiba-tiba Auggie menarik pergelangan Torrie dengan kasar. “Ayo, pulang. Elo itu udah kelewatan, gimana kalo ilang beneran?” auggie sangat kasar.

Torrie nggak berani komentar, bahkan sampai di mobil pun demikian. Torrie hanya menatap jendela sambil menahan tangis, tapi dia nggak bisa menahannya lagi, ia merasa bersalah membiarkan Auggie bingung mencarinya.

“Sorry…” ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Auggie.

Torrie menoleh ke arahnya. “Seharusnya gue yang minta maaf. Gue udah nyusahin elo hari ini.”

“Vic, harusnya gue nggak kasar kayak tadi, gue cuma khawatir banget. Jantung gue mau copot begitu keluar dari WC elo udah nggak ada, bahkan dimana-mana gue cari elo nggak ada.”

“Kenapa elo harus begitu khawatir sama gue?”

“Karna elo tanggung jawab gue sekarang, karena elo itu….elo itu adek gue.”

Adek lagi! Adek lagi!


Torrie menyalakan radio mobil, ada lagunya Glenn.

“Aaaa…lagunya Glenn!” Torrie berteriak histeris.

“Ya, ampun. Lo kok sukanya sama lagu mellow kayak gini sih? Mendingan lagu yang ngebeat atau yang bisa bikin goyang badan donk, kayak Maroon 5, RHCP, atau… sejenis hip-hop gitu.”

“Ih, sorry aja. Gue cinta dalam negri. Lagipula Glenn juga bisa nyanyi yang ngebeat kok. Eh jangan-jangan elo suka goyang ya, di diskotik.”

“Sorry tu mori aja… gue nggak suka sama yang namanya dugem. Bahkan gue nggak suka ngerokok, atau minum, apalagi ngedrugs.”

“ML?” Tanya Torrie lugu.

Ciiiiittttttt…

Auggie langsung mengerem mobilnya... dahi Torrie sempet terantuk kaca mobil.

“Emang gue salah ya nanya gitu?” Torrie mengusapkan dahinya yang sedikit benjol.

“Ya, enggak. Gue kaget aja elo bisa nanya gitu. Walaupun gue suka ngetrek, hal-hal yang bikin gue rusak nggak gue biarin mendekat, walaupun godaan banyak yang dateng.”

Auggie ternyata hebat juga, dia bisa menahan dirinya untuk nggak nyoba sesuatu yang dianggap biasa di temen-temennya. Pangeran gue ini, bener-bener wah…


Sesampai di rumah mami telpon, untuk memastikan Torrie baik-baik saja. Untung Bik Sumi mau diajak kerja sama, dia nggak bilang Torrie pergi seharian. Tengah malam, papi sempet pulang ngambil baju buat ke kantor