Bab 6
Torrie baru keluar dari sedan tua mamanya dan bergegas masuk ke sekolah, tapi…
“Vic….!”
Suara itu berasal dari, siapa lagi kalau bukan…si Uggie. Dia lagi kerubunin cewek-cewek. Uggie meninggalkan cewek-cewek itu lari menuju Torrie.
“Hei…ke mana aja? Aku dari tadi nungguin lho!” Auggie merangkul Torrie dan menjauhi tempat itu. Cewek-cewek yang ditinggal Auggie sangat kesal dan cemburu sama Torrie.
What!! Aku!! Nggak salah nih?dan apa-apaan ni?
“Singkirin tangan lo! Kita khan nggak pacaran!” Torrie melirik ke tangan Auggie yang merangkul Torrie, ia kesal diperlakukan seenaknya.
“Sorry, sorry!” melepaskan tangannya dan mengedipkan mata kanannya.
Sikap Auggie benar-benar mengesalkan Torrie, apalagi dia nggak mau dimusuhin sama anak-anak yang naksir sama Auggie. Torrie heran apa yang mereka suka dari Auggie yang menyebalkan ini.
* * *
“Jangan maksain diri, Rie. Hari ini lari!” Niken mulai cemas dengan tingkah Torrie yang semakin aneh.
“Bagus itu! Gue mau buktiin bahwa gue juga bisa lari, lo nggak liat tadi gimana semangatnya gue pemanasan. Udah don’t worry lah, Nik. Kalo ada apa-apa tinggal semprot khan gampang. Nih obatnya lo bawa!” Torrie menyerahkan obat semprotnya ke Niken.
“Gimana kamu siap, Rie?” tanya Pak Leo, guru olahraga. Hari ini ada ambil nilai lari 500 m. Walaupun banyak yang respek sama dia tapi tetap saja masih ada yang meragukan apakah dia bisa menyelesaikan lari 500 m ini? Apalagi cewek-cewek yang suka sama Auggie, sebab gosip sudah tersebar Torrie deket sama Auggie bahkan ada yang bilang udah jadian. Sekarang mereka jadi sebel lagi sama Torrie.
Torrie melangkah denngan tegap ke garis start, mengambil posisi. Di sebelah kanannya ada Sheila yang sedang menonton, ia memandang sinis Torrie. Sheila mengira Torrielah yang melaporkannya ke Bu Heti, nanti siang dia akan menggantikan Torrie berlutut di depan tiang bendera.
“Lihat si Anak Emas mau berjuang.”
“Sheila, terserah lo mau ngomong apa? Gue nggak peduli.”
“Siap… Satuuu… Duaaa… Tii…ga!”
Torrie bersama dengan keempat temannya langsung lari dengan sekuat tenaga. Torrie benar-benar semangat, walaupun dalam hatinya ia juga khawatir apa dia sanggup melewati garis finish. Ia sunggguh bersyukur karena di garis finish ada Niken sebagai penyemangat.
Nafasnya mulai ngos-ngosan kemudian dadanya mulai sakit dan sesak, larinya mulai melambat. Oh Tuhan, jangan sekarang. Biarkan aku melewati garis finish. Tolonglah aku Tuhan…
Tiba-tiba datang tenaga kecil, tapi benar-benar sangat membantu Torrie. Bahkan ia bisa melewati teman-temannya yang ada di depannya, tapi begitu melewati garis finish Torrie sudah tidak kuat, dan ia pun terjatuh. Niken langsung menghampirinya.
“Nik… gu...guee bisa ngelewatin…garis finish khan?” Torrie masih merasakan dadanya sesak sehingga sulit untuk bicara.
“Iya, Rie. Lo bisa. Bahkan lebih cepet dari yang lain!” Niken berusaha menenangkan Torrie dan berhasil karena Torrie tersenyum.
“Sekarang lo pake nih, obat lo! Lo janji khan sama gue, lo nggak boleh sakit” Niken mengeluarkan obat semprotnya, sebenarnya Niken mau nangis, ia paling nggak bisa ngeliat Torrie kalau mulai sakit. Torrie langsung menghisap obatnya, dan dadanya mulai berkurang sesaknya. Anak-anak muai mengerumuni Torrie
“Rie ! Lo nggak papa khan?”Auggie keluar dari kerumunan orang-orang itu.
“Kok lo ada di sini?” Torrie heran kenapa si Uggie bisa ada di sana.
Auggie tidak menjawab malah menggendong Torrie, hal ini membuat semua anak cewek pada iri.
“Apa-apaan sih lo?” bisik Torrie.
Percuma saja Torrie bertanya-tanya, si Uggie ini tidak menjawab, ia justru menyuruh Torrie untuk naik ke punggungnya, ia membawa Torrie ke UKS. Seperti biasa Niken mengikuti dari belakang.
“Ini udah di UKS, sekarang bisa nggak turunin gue? Gue tau lo pura-pura khan? Acting lo itu berlebihan.”
“Nik, tolong bilangin… Pak siapa ya tadi?” Auggie mengacuhkan torrie.
“Pak Leo"
“Ya itu. Bilangin ni anak nggak bisa olahraga lagi.” Auggie memberi perintah dan Niken hanya bisa melaksanakan padahal Torrie memberi tanda agar Niken tidak keluar.
“Sekarang tinggal kita berdua.” Auggie memandang Torrie dengan licik.
“Gue sudah cerita semua ke Niken, lo nggak usah takut.”
“OK! Gue percaya sama Niken... Lo bener, ini cuma bagian dari acting, tapi gue bawa lo ke sini bukan karena nggak ada alesan. Liat lutut lo!” Auggie ngambil obat merah, tensoplas, dan perban.
Lutut Torrie berdarah, ternyata jatuhnya tadi membuat luka. Auggie membersihkan lukanya sangat hati-hati sekali.
“Eh…” Torrie meringis.
“Sakit, ya?” Auggie berbicara sangat lembut. Dasar bunglon, tapi Torrie tiba-tiba merasakan sesuatu perasaan yang aneh. Torrie memperhatikan Auggie yang mengobatinya, sepertinya sangat canggung, ia terlalu memperlakukan Torrie secara hati-hati.
* * *
Selesai jam olahraga, Niken menjemput Torrie di UKS, dan Auggie sudah nggak ada.
“Rie, lutut lo kenapa?”
“Gara-gara jatoh tadi. Gue tadinya nggak ngerasa, si Auggie yang liat. Ini aja dipasangin sama Auggie.” Torrie nunjukin perban yang berantakan.
“Cieeee…Torrie! Ada yang meratiin. Walaupun jelek khan yang penting niatnya.”
“Dia gendong gue ke sini, cuma buat acting biar gue ama dia keliatannya deket. Trus, gue nanya ya, Nik. Masa perban sembarangan kayak gini lo bilang niat?!”
“Ya, iya donk! Kalo nggak niat pasti dia udah ninggalin elo dari tadi…”
“Tau ah!”
“Ehm…Rie…Gue…gue…” Niken gugup.
“Gue gue apaan sih? Ngomong itu yang cepet dan jelas. Suneh banget sih lo!”
“Tadi gue ditembak sama Simon. Dan gue terima!” Niken ngomong dengan cepat sekali, sampai-sampai Torrie bertanya lagi karena masih belum dapat mencernanya.
“Ya, ampun, Nik! Lo khan deket sama dia baru berapa hari. Dan sekarang elo langsung terima dia. Gue hampir nggak percaya, lo biasanya khan nggak gampang…”
“Ooo… jadi elo nganggep gue cewek gampangan ya? Gara-gara gue jadian sama Simon. Rie, mungkin gue baru kenal Simon dari hati ke hati baru beberapa hari, tapi yang namanya perasaan itu nggak ada yang bisa duga. Akhir-akhir ini elo jadi semakin egois, selalu mikirin diri lo. Yang pengen bebaslah, pengen inilah, itulah. Gue cape ngadepin elo ,Rie.” Niken berlari keluar dari UKS, tanpa lupa menutup pintu dengan kencang.
Nik, kok elo nggak denger penjelasan dari gue dulu, sih! Gue mungkin agak egois, Nik. Tapi gue juga pengen elo bahagia…
* * *
Sekolah bener-bener bikin pusing, stress, cape Torrie. Dari si Uggie, Niken, sampai mami pun demikian. Mami nanya-nanya kenapa Torrie sampai bisa ada luka di lutut, Torrie nggak bisa jujur. Kalau sampai dia jujur, bisa-bisa Pak Leo kena semprot mami karena udah ngijinin Torrie lari. Jadi Torrie terpaksa bohong dengan mengatakan nggak sengaja kesandung batu dan jatuh.
Mami juga cerewet soal jeleknya itu perban, Torrie berbohong lagi dengan mengatakan Torrie sendiri yang merban. Mami juga nanya kenapa Niken nggak ikut pulang bareng, Torrie juga nggak mungkin jujur ngomong kalau mereka lagi berantem. Jadi Torrie bilang aja kalau Niken udah ada yang nganterin, toh itu bener khan. Si Simon yang nganterin Niken, dia khan cowoknya Niken sekarang.
Begitu selesai makan malam, Torrie langsung merebahkan tubuhnya di ranjang sebentar, kemudian menyalakan radionya. Terdengar alunan musik dari lagu terbarunya Glenn Fredley. Torrie emang bener-bener ngefans banget sama Glenn. Bahkan ia berangan-angan pengen nonton Glenn secara langsung. Tapi nggak mungkin, karena mami pasti nggak ngijinin Torrie nonton konser kayak gitu. Tapi senggaknya Torrie merasa terhibur sedikit mendengar suara Glenn.
Torrie duduk di sofa di kamarnya, kemudian memandangi perban di lututnya. Heran, padahal sudah tahu jelek masih saja dipakai, bahkan Torrie jadi malas mandi. Karena kalau dia mandi pasti perbannya harus dilepas.Torrie menjadi heran sendiri, kenapa dia jadi aneh gini, jangan-jangan dia mulai suka lagi sama Uggie.
Iiiihhh…amit-amit deh. Jangan dibayangin deh, entar jadi suka beneran… Tapi kalo dipikir-pikir, dia baik juga walaupun terkadang suka aneh, dan sifatnya itu lho…yang kayak bunglon. Tapi dia itu emang keren, gimanapun dia kok selalu ada ya waktu gue butuh bantuan, jangan-jangan dia itu orang yang Tuhan utus buat bebasin gue dari kehidupan yang monoton ini. Karena semenjak dia ada di kehidupan gue jadi bener-bener nggak biasa… Kok gue jadi mikirin dia sih?!
Torrie melayangkan pandangannya ke arah jendelanya, yang menghadap ke rumah pangerannya. Jendela Torrie cukup besar, karena jendela itu merupakan salah satu sisi tembok kamarnya, kadang ia suka berkhayal berbincang-bincang dengan pangerannya itu, bahkan sampai sekarang.
Tiba-tiba Torrie kaget, karena lampu kamar yang berhadapan kamar Torrie yang selalu gelap, menyala terang dan ada bayangan seorang di sana. Apa itu pangerannya? Kalau benar, sejak kapan dia ada di sana? Torrie sudah lama sekali tidak melihat jendela kamar itu, terakhir mungkin waktu sebelum dia sakit kemarin, yang sampai membuatnya nggak sekolah hampir seminggu lamanya. Perasaan Torrie kaget bercampur senang. Dia terus memandangi kamar itu.
Ada SMS masuk, nomornya Torrie nggak pernah kenal. Begitu membuka pesannya hanya “HAI”. Dasar orang isenk!
Kemudian ada SMS lagi. “NAMA”
Torrie malas untuk membalasnya.
SMS ketiga. “GUE”
SMS keempat. “TAU NGGAK?”
Wah, biasanya yang suka bertau nggak itu khan Niken, jadi Torrie pikir ini pasti Niken yang baru beli nomor baru.
SMS Torrie. “NIQEN, ga usa isenk deh…MLZ tau!”
SMS kelima. “Gw emang isenk, tp gw bkn NIKEN! : p”
Kalo bukan Niken, siapa donk? Kalo Niken pasti langsung ngaku…Bodo amatlah…
* * *
Hari ini Torrie pergi ke gereja, hanya Tuhan saja yang bisa membuat hatinya tentram setelah beberapa hari yang melelahkan ini.
Lagi asyik-asyiknya Torrie memuji Tuhan, kursi yang kosong di sebelahnya diduduki cowok yang memakai baju hitam.
Hah…dia lagi. Ya Tuhan kenapa sampai di tempat seperti ini pun dia ada. Apa dia ngikutin gue. Malangnya nasib gue…
“Heh...ngapain lo di sini?”
“Elo tuh, aneh banget. Orang ke gereja ya mo nyari Tuhan. Ya mau beribadah. Sstt… gue lagi nggak mau ribut nih!” Auggie sepertinya serius beribadah.
“Siapa yang mo ngajak ribut?! Dasar ge-er.”
“Lutut lo, udah nggak kenapa-napa khan?”
“Masih sakit sih, tapi udah kering lukanya…Emang kenapa nanya-nanya?”
“Ya, kalo kenapa-napa, males aja gendong elo lagi…”
Torrie hanya diam, dia nggak mau membuat keributan di sini.
Dan memang benar, Auggie juga tidak komentar lagi, ia mengikuti ibadah dengan serius. Justru Torrie yang agak nggak konsen karena mikirin apa rencana Auggie selanjutnya. Hidupnya akhir-akhir ini suka nggak tenang gara-gara Auggie! Tapi bukannya itu kehidupan yang ia nanti-nantikan, kehidupan yang penuh warna dan kejutan.
Berpetualang bersama dengan dunia Pi - Princess of Imajiner. Seorang istri yang akan membuktikan kalau dunia rumah tangga itu tetap seru, kreatif dan penuh rasa. Story, Life, Food, Places, Adventure, Backpack Things, Books, Movies and all those things that you can feel and taste! Let's start your own adventure with Pi!
No comments :
Post a Comment