Bab 14
“Bangun keboooo! Bangunnn!!” Auggie menyingkapkan bedcover Torrie.
Torrie yang merasa terganggu karena ada suara-suara berisik yang mengganggunya, kaget melihat Auggie ada di kamarnya.
“Kok elo bisa masuk? Jangan-jangan elo masuk lewat jendela?” Torrie duduk dan merapikan rambutnya.
“Khan elo yang bilang sendiri elo punya pintu. Ya, gue lewat pintu!”
“Tapi, kok bisa?”
Auggie menjitak kepala Torrie. “Dasar bodoh! Ya bisalah, pintunya dibuka sama Bik Sumi, bahkan waktu gue dateng papi sama mami lo lagi sarapan di bawah. Ayo cepetan bangun!”
“Aduh! Sakit tau! Terus kenapa gue harus bangun sekarang, apalagi ini khan masih jam 10, kemarin kita khan di taman sampai pagi. Masih ngantuk nih! Gue mau tidur lagi.”
“Heh..heh…nggak boleh tidur lagi! Sekarang juga kita harus pergi!”
“Pergi? Ke mana?”
“Nggak usah banyak nanya? Pokoknya sekarang juga kita harus pergi!” Auggie menarik pergelangan tangan kanan Torrie.
“Pergi pake baju ini?” Torrie menunjukan baby dollnya dengan motif hamburger.
“Iya!”
“NGGAK MAU!!!...”
Auggie sudah habis kesabarannya, ia langsung mengangkat Torrie dari tempat tidurnya dan membawanya keluar. Auggie sama sekali tidak menghiraukan teriakan Torrie yang meronta-ronta. Tapi sekuat apapun Torrie meronta minta diturukan, semakin kuat pegangan Auggie, cowok ini benar-benar kuat.
“Papi! Mami! Bik! Tolongin Torrie, Torrie diculik!” Torrie minta tolong sama papi maminya juga Bik Sumi, ketika melintasi ruang makan.
“Kalau mau nyulik kok minta ijin sama kita?” Papi ternyum geli melihat Torrie yang ada di tangan Auggie.
“Papi sama mami kok malah ngetawain Torrie sih? Turunin gue donk!”
“Nggak bisa, entar elo kabur lagi?”
“Udah, Rie. Kamu ikut aja, khan kamu sudah lama nggak jalan-jalan.” Mami ikut papi memihak Auggie. Torrie kesal karena tidak ada yang memihaknya.
“
“Sana-sana, seneng-seneng ya!” Papi mengusir Torrie dan Auggie dengan tetap tersenyum geli.
Torrie heran, sebenarnya ada apa ini sebenarnya, kenapa semua orang jadi sama anehnya dengan Auggie. Dan sekarang ia akan dibawa kemana? Torrie sangat kesal. Begitu di depan rumahnya, Auggie menurunkannya di dekat sebuah mobil sedan hitam metalik dengan motif silver yang cukup unik, seperti sebuah aliran air. Mobil itu ceper dan benar-benar sporty, apalagi ditambah sayap. Torrie ingat mungkin ini mobil yang dimaksud oleh temannya Auggie.
“Ayo naik” Auggie membukakan pintu dan menyuruh Torrie naik seperti menyuruh putrid masuk ke kereta.
“E…e..iya” Torrie tadi sempat tertegun dengan kemewahan mobil ini, mobil ini telihat sangat mengkilap, bahkan bisa untuk ngaca.
“Kenapa? Keren ya?” Auggie tersenyum dengan bangga, ia sangat membanggakan mobilnya.
Torrie langsung manyun lagi mendengar si Uggie menyombong seperti itu.
“Enggak tuh! Biasa aja.”
“Ya udah cepetan masuk, kita nggak ada waktu lagi.” Senyum Auggie langsung lenyap seketika mendengar jawban Torrie.
Auggie memacu mobilnnya sangat cepat sepertinya tempat yang dituju sangat penting. Tapi di mobil dia masih bisa membanggakan mobilnya, Torrie yang dari tadi kesal bercampur gugup karena takut akan menabrak mobil di depannya.
“Mobil ini cewek kedua gue, namanya Giliant. Mitsubishi Galant tahun 2001. Audionya keren banget, gue pasang merek Knickers. Kita bisa dengerin lagu yang hard sampe yang soft. Karena gue suka ngetrek, gue kasih turbo dan 2 tabung nos di belakang
“Hah?! Enggak deh, entar ada knapa-napa gue nggak mau!”
“Ini mobil, gue kasi neon di bawah, jadi kalo malem mobil gue terkesan melayang. Jok yang lo dudukin itu, nyaman khan, itu sesuai sama yang dipake kalau racing.”
Torrie sangat-sangat suka sama mobil ini, walapun Auggie nggak cerita apapun tentang mobil ini. Padahal dia sama sekali nggak ngerti tentang otomotif, apalagi sebutan-sebutan yang Auggie pake…uh Torrie benar-benar nggak ngerti. Tapi dia nggak mau Auggie makin sombong sama si Giliant ini. Kok, Torrie jadi cemburu sama mobil? Masa saingannya motor sama mobil? Kitana and Giliant??
Mobil mereka sudah memasuki tol Kebun Jeruk menuju Tangerang. Untuk apa ke
“Eh, mobil gue juga bisa dibuka secara otomatis kapnya. Lo mau nyoba nggak?”
“Nggak deh.” Torrie menjawab malas padahal ia sangat ingin berdiri di atas jok dan berteriak sekencang-kencangnya, mungkin asyik banget ya? Tapi Torrie khan lagi sebel sama Auggie, jadi jaga gengsi dikit donk!
Mereka keluar dari tol itu, sekarang mereka masuk ke kawasan karawaci, ternyata mereka pergi ke Supermall Karawaci. Waktu sampai, Torrie nggak mau turun karena malu dengan hamberger di baby dollnya, apalagi mukanya keliatan banget baru bangun. Torrie juga nggak pake alas kaki apapun.
Tapi Auggie tetap menariknya keluar, bahkan setengah menyeretnya. Sesampai di depan mall, Torrie memaksa untuk tetap di luar mall.
“Ayo!” Auggie menarik lengan Torrie, tapi Torrie dengan sekuat tenaga melepasnya, akhirnya terlepas juga.
“Mau lo apa sih? Mau bikin malu gue? Udah gitu sok galak pula. Gue bener-bener nggak habis pikir deh. Sekarang itu gue kayak gelandangan.” Lalu Torrie memukul-mukul lengan kiri Auggie, tapi Auggie mengaduh kesakitan sambil memegang lengan kirinya, yang terbungkus oleh jaket kulitnya itu.
“Kenapa lo? Gue khan mukulnya nggak kenceng, nggak lucu tau!”
Tanpa banyak ngomong lagi Auggie jongkok, dan menyuruh Torrie untuk merangkul lehernya. Auggie akan menggendong Torrie.
“Kalo elo malu, gue juga harusnya malu karena gendong gelandangan. Gimana? Impas khan?”
“Lumayan, impas.” Torrie agak terhibur dengan kata-kata Auggie. Auggie menggendong Torrie sampai di depan sebuah kafe, di
“Mau ngapain di sini?”
“Gue mau elo ketemu sama seseorang.”
“Siapa?”
Auggie tersenyum penuh arti, lalu menggenggam tangan Torrie, dan dengan lembut menuntun Torrie masuk ke kafe itu, lalu mereka menuju ke sebuah meja yang sudah ditempati seseorang, tepatnya seorang penyanyi, dan lebih tepatnya penyanyi kesayangannya Torrie…
“GLENN!! Bener ini Glenn?” Torrie seperti nggak percaya aan apa yang dia lihat.
“Gue nggak mimpi khan?”
“Yo! Ini gue, ini bener-bener gue.” Glenn berdiri dan memberi tangannya untuk disalami. “Elo pasti Torrie.” Glenn tersenyum dengan sangat manis, senyuman orang Ambon manise.
“Kita nggak buat lo nunggu lama, khan?” Tanya Auggie pada Glenn.
“Enggak kok, kalian tepat waktu, gue baru aja duduk di sini.”
“Ehem…Gue pergi dulu ya, Vic. Ada urusan kecil, entar kalo udah selesai keluar aja, lo pasti ketemu gue.”
Torrie hanya mengangguk tanpa menoleh Auggie, ia begitu terpesona dengan Glenn, sehingga melupakan Auggie. Auggie pergi dengan pamit dahulu dengan Glenn.
Glenn menahan tawa melihat penampilan Torrie. Torrie yang melihat reaksi Glenn baru mulai menyadarinya.
“Mmm…Sorry ya, gue pake baju kayak gini tadi gue gat au mo ketemu sama elo, gue dipaksa ke sini. Gue harap elo ga malu.”
“Ga papa kok. Sorry juga kalo gue ketawa, abis elo tuh lucuh banget. Eh…cowok lo hebat banget. Dia dari pagi berjuang supaya gue bisa ketemu sama elo.”
“Tunggu! Tunggu! Pertama dia bukan cowok gue, kedua maksud Kak Glenn berjuang itu apa?”
“Panggil gue Glenn aja. Masa yang tadi itu bukan cowok lo? Dia itu mati-matian ngubek-ngubek menejer gue, supaya gue bisa ketemu elo di sini. Untung aja, gue ada waktu luang buat elo. So, here I am. Hari ini gue ada janji sama produser rekaman Tapi… kalo bukan cowok lo berarti dia itu ngebet sama elo, Rie.”
“Ah…Kak...eh Glenn bisa aja. Dia itu nganggep gue adeknya. Hubungan kita itu doank.”
Ngapain Uggie mati-matian nyari Glenn biar ketemu gue? Ada-ada aja, tapi ini kejutan ke sekian kalinya dari Uggie, yang bikin gue seneng setengah mati. Uggie itu bener-bener nggak bisa ditebak jalan pikirannya. O, iya, si Uggie khan nggak suka sama aliran musik kayak Glenn, kok dia…
Glenn dan Torrie ngorol sekitar 2 jam, mereka sudah akrab sekali. Torrie sangat senang, impiannya terkabulkan, bisa ketemu Glenn yang baiikkk banget. Di depan kafe, sudah ada Auggie yang menunggu di sebuah bangku yang seperti bangku taman.
“Bye, Glenn!”
“Bye, entar kita masih berhubungan lagi. OK?” Glenn pergi sambil mengacungkan kedua jempolnya, lalu mengedipkan matanya ke arah Auggie.
“Ngapain dia ngedipin matanya ke gue?” Auggie jadi ilfeel.
“Tau…” Torrie mengangkat bahunya. “Elo udah lama nunggu?”
“Engga kok, baru aja.”
“Hattsssyiii…..!!” Torrie bersin.
“Elo kedinginan?”
“Enggak, gue kepanasan.”
“Hah?!”
“Ya, iyalah gue kedinginan. Bego juga ya, lo!”
Torrie sangat panik, jangan-jangan 3 harinya telah habis, dan Torrie yang dulu kembali lagi. Tapi ternyata tidak
Uggie membawanya ke sebuah department store, mereka membeli jaket dan sepasang sandal. Auggie ternyata menawarkan Torrie nonton bioskop, tentu saja Torrie menyambutnya dengan senang hati. Kemudian mereka pergi food court, Torrie tetap memaksa untuk makan es krim waktu dilarang Auggie.
“Gie, tadi Glenn bilang dia ada pertunjukan di sini, gue pengen liat. Kayaknya itu deh yang lagi rame-rame itu.” Torrie menunjuk ke tengah-tengah food court raksasa itu. Di
Torrie dan Auggie pergi ke
Glenn yang menyadari kehadiran teman terbarunya segera memanggil Torrie dan Auggie naik ke atas panggung. Torrie benar-benar merasa seperti di alam mimpi, bagaimana mungkin ia bisa sedekat ini dengan Glenn. Ini semua berkat Auggie.
Setelah pertunjukan, mereka sempet ngobrol sebentar dengan Glenn, baru sesudahnya mereka pulang sekitar pukul 7 malam.
“Vic, tadi kayaknya pas ke sini tadi ada kafe pinggir jalan gitu. Lo inget nggak di mana?” Auggie membawa Giliant mengikuti jalan yang memutar mengelilingi mall.
“Ya mana gue meratiin? Tadi khan gue masih marah. Trus kenapa kalo ketemu?”
“Kita makan di sanalah. Gue laper. Dan lagi, kayaknya tempatnya asyik banget. Kafenya indoor tapi ada juga tempat makannya yang outdoor, terus berderet gitu. Kalo nggak salah nama tempatnya Teras Café. Waktu gue liat tadi, gue jadi serasa di luar negri, apalagi kalo malem gini. Khan asyik bisa ngeliat lampu-lampu.”
“Sama sih, gue juga laper. Tapi jangan lama-lama ya! Nanti gue dicariin Mami.”
“Soal Mami itu urusan gue. Tenang aja deh. Eh itu tempatnya.” Auggie langsung masuk ke area parkir khusus untuk tempat itu.
“Mas, mau pesen apa? Adeknya juga mau pesen apa?”
Baru saja mereka duduk di kursi, sudah disamperin sama waiternya. Torrie langsung kesal waktu dipanggil Adek, si Uggie malah dipanggil Mas.
“Saya mau menu spesial di kafe ini. 2 porsi ya?”
“Yup!” Waiter itu menuliskan pesanan Auggie. “Minumnya?”
Waiter itu kelihatannya sangat cerewet, belum sempat Auggie memutuskan mau mesen minuman apa, dia udah nyerocos lagi.
“Wah, adeknya SD kelas berapa, Mas? Kelas 6 ya? Soalnya saya juga punya adek yang badannya se… ”
WHATTT???!! SD???!! NGGAK SALAH???!! Seimut itukah gue?! Torrie melotot ke Auggie.
“Maaf ya, Mbak. Saya minta minumnya susu kalo bisa susu murni.”
Waiter itu agak kaget dengan pesanan Auggie, tapi ia tetap mencatatnya.
“
“
“I…i…ya, Mas.” Waiter itu langsung gugup begitu dibentak Auggie.
“Satu lagi, cewek saya ini bukan anak SMA!”
“Ma…ma…maaf. Tadi saya kira…”
“Ya, udah
Waiter itu langsung masuk ke dalam, ia setengah lari karena ketakutan
“Hahaha…Gila! Elo galak banget. Tapi jangan pernah manggil gue cewek lo lagi.” Torrie tertawa geli melihat kejadian tadi, bahkan sama sekali dia nggak bisa nutup mulutnya karena kaget dengan ucapan Auggie.
“Sorry, tapi perjanjian kita khan masih berjalan.”
“Bukannya udah selesai? Dan elo bilang juga gue khan cuman nemenin elo bukannya jadi cewek lo!”
“Iya, tapi itu khan selama ada cewek yang deketin gue. Cewek tadi khan SKSD banget. Gue paling sebel kalo udah ada cewek kayak gitu.”
“Emangnya, semua cewek selalu gitu, ya? Selalu SKSD dan… nganggep gue adek elo.”
“Hahaha…ya nggak semuanya. Tapi…kebanyakan gue rasa. Tapi elo nggak khan buktinya.”
“Ehm…gue ke WC dulu ya, nih titip HP gue.”
“Jangan pake lama, ya?”
“Iya!” Auggie kesal kata-katanya diulang, tapi Torrie tetap tertawa.
Tak berapa lama setelah Auggie masuk ke dalam, HPnya berdering. Ternyata dari mamanya, Tante Beth. Torrie mengangkatnya.
“Hallo…”
“Ini siapa?”
“Torrie, Tante…”
“Oh, kamu, Rie. Tolong kasih ke Auggie donk.”
“Auggienya lagi ke WC, Tan.”
“Sekarang kalian ada di mana?”
“Di…di mall, tante.”
“Tolong bilang sama Auggie, ya Rie. Lukanya dia itu masih baru dijahit, jangan jalan-jalan dulu. Suruh dia pulang.”
“Memangnya, apanya yang dijahit?”
“Lho, kamu nggak tau. Lengan kirinya, yang dijahit. Kemarin dia kecelakaan waktu naik motor, jam 10 malem. Nicky yang cerita. Oh, iya, bilangin juga Tante sudah nyampe di rumah. Makasih ya, Rie.”
“E…ya Tante, sama-sama.”
Uggie kemarin malem kecelakaan, berarti beberapa jam sebelum mereka merayakan ulang tahun Torrie. Hati Torrie menjadi kalut. Apa yang sudah Uggie lakukan, kenapa dia nekat melakukan ini itu untuknya.
“Ayo, pulang.”
“Uggie, elo kemarin nggak ke Dufan ya?”
“Gue ke
“Trus Kitana mana?”
“Tumben banget nanya-nanya cewek gue, dia ada di singgasananya.”
“Dasar bo’ong! Trus kenapa lengan kiri lo sakit?”
“Kok elo nanya-nanya mulu sih? Cerewet banget…”
“Tadi nyokap lo telpon, dia udah cerita semuanya. Kenapa elo nggak cerita semuanya ke gue?”
Torrie dan Auggie hanya saling berpandangan. Mereka saling bertanya satu sama lain, apa yang sedang dipikirkan oleh orang yang ada dihadapannya.
2 comments :
kak itu ada salah tulis ..
"cewe saya bukan anak SMA" ..
hhehhe maksudnya uda SMA gitu yah ..
malah lebih tepatnya "Bukan anak SD!"
maklu yaaahhh masih banyak salah kata2 soalnya ga diedit lagi ^^V
Post a Comment